Selasa, 19 November 2013

IMKA-ITM Kembali Turun Kejalan Untuk Membantu Korban Erupsi Gunung Sinabung

TANAH KARO, SUMUT,- Ikatan Mahasiswa Karo Institut Teknologi Medan (IMKA-ITM) kembali turun kejalan untuk menggalang dana untuk membantu saudara-saudara yang sedang berada di pengungsian akibat bencana erupsi Gunung Sinabung.

Para mahasiswa yang tergabung dalam IMKA-ITM ini mulai menggalang dana selama 2 hari dari tanggal 11-12 November 2013, yang dimulai dari Kampus ITM, Jln. Gedung Arca, Simp. Pos P. Bulan sampai ke Simp. Simalingkar Medan. Sehingga menghasilkan beberapa dana yang digunakan untuk membeli beberapa sembako dan masker untuk saudara-saudara yang ada di pengungsian.

Beberapa mahasiswa yang tergabung dalam IMKA-ITM yang didamping oleh beberapa alumni dan dosen tiba di pengungsian 13/11 Pukul 10.00 wib dan langsung menyerahkan sumbangan ke 3 titik pengungsian diantaranya : Losd Desa Tiga Nderket, Mesjid Desa Payung dan Gereja GBKP Desa Payung. Kedatangan IMKA-ITM ini disambut hangat oleh saudara-saudara yang ada di pengungsian.

Suasana harupun terjadi saat IMKA-ITM menyerahkan bantuan ke Losd Tiga Nderket, saat IMKA-ITM memberika sepatah dua patah kata motivasi kepada saudara-saudara yang ada dipengungsian yang dimulai dari dosen sekaligus pembina IMKA-ITM (Ramayana br Tarigan) menyampaikan "tetaplah berpegang teguh kepada tuhan yang maha esa agar bencana ini cepat cepat selesai agar kita bisa kembali ke kampung kita, dan ibu ini menambahkan bahwasanya akan ada hikmah dibalik semua cobaan ini". dan disambung oleh Frans Uki Ginting selaku anggota sekaligus anak kampu desa Mardingding menyampaikan "buat saudara-saudaraku yang ada disini jangan larut dalam kesedihan yang menerpa kita kali ini, tetap semangat dan jangan berhenti terus meminta yang terbaik kepada tuhan yang maha kuasa". Andrianto Sembiring selaku sekretaris IMKA-ITM juga menyampaikan " tetaplah kita saling menjaga dan saling membantu dan jangan sampai ada perselisihan yang akan mengakibatkan perpecahan diantara kita". Elyas Marwan Sembiring, ST & Imanuel Gurusinga, ST selaku alumni juga menyampaikan " kedatangan kami kesini adalah karena kami juga merasakan apa yang kalian rasakan maka kami datang untuk meringankan sedikit beban yang ada saat ini, dari bencana ini kita harus tetap mengucap syukur kepada tuhan karena masih melindungi kita, sedangkan banyak bencana yang lebih besar dari apa yang kita alami saat ini sampai-sampai banyak yang meninggal dunia.dan melihat semakin dekatnya PEMILU 2014 ini baiknya semakin selektif dalam memilih calon peminpin, agar kedepannya peminpin kita semakin peduli dengan apa yang terjadi saat ini.


"Terimakasih kepada IMKA-ITM beserta alumni dan dosen yang telah peduli kepada kami yang ada disini, Tuhan lah yang membalas apa yang telah kalian berikan ini, kepada yang masih kuliah agar cepat selesai perkuliahannya dan yang telah tamat kuliah agar langsung mendapat pekerjaan" sahut kordinar yang ada di pengungsian Lost Tiga Nderket tersebut.

Saat IMKA-ITM ingin beranjak menuju titik pengungsian yang lain, Mereka pun disalami oleh saudara-saudara yang ada dipengungsian, dan beberapa saudara yang ada dipengungsian meneteskan air mata, sehingga menambah haru suasana, dan seorang nenekpun memberikan doa kepada IMKA-ITM sebelum meninggalkan titik pengungsian tersebut.

Selasa, 15 Oktober 2013

SEJARAH SINGKAT IMKA-ITM



Kira-kira bulan Oktober 2009 Imanuel Gurusinga (Nuel) bertemu dengan 2 orang teman sewaktu sekolah di SMK di kampus Institut Teknologi Medan (ITM). Kedua orang tersebut bernama Andrianto Sembiring (Andri) dan Riko Andro Surbakti (Riko).
Singkat cerita, Andri menanyakan kepada Nuel tentang keberadaan Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) di kampus ITM karena di beberapa kampus yang ada di Medan Memiliki IMKA. Nuel pun menjelas kan bahwasanya di kampus ITM ini sebelumnya sudah ada Persadaan Mahasiswa Karo tetapi telah fakum, dan sepengetahuan Nuel ketua terakhirnya itu adalah abangnda Barus tetapi telah alumni.
Dan Andri mengusulkan kepada Nuel dan Riko untuk mendirikan lagi organisasi yang telah fakum tersebut, dan mereka bertiga pun sepakat untuk mencari informasi tentang keberadaan tentang PERMAKA tersebut, Mereka pun mencari informasi tersebut dari pihak birokrasi kampus sampai kepada mahasiswa karo yang lebih tua dari mereka.
Dan sembari mencari informasi tentang PERMAKA tersebut mereka pun mengajak beberapa mahasiswa yang bersuku karo yang ada di kampus ITM, dan mereka bertemu dengan Randa Sanjasta Tarigan (Randa), Fernando Sembiring (Nando), Keriahen Ginting (Keriahen), Nehemia Bangun (Bangun), Dedi Ginting (Dedi), Deni Perangin-angin (Deni), Andi Pradana Damanik (Andre/Roh Jahat), Zakarias Tarigan (Jack), Boyman Sinurat (Bang Boy) Dan Simon Ginting (Rempet).
Dan mereka pun bersama-sama mencari informasi tentang permaka tersebut, dan mereka pun bertemu dengan salah satu alumni PERMAKA yang bernama Abangnda Imanuel Sembiring, ST. Dan mereka pun mendapat informasi tentang PERMAKA, dan abangnda tersebut memperkenalkan alumni PERMAKA yang lain, dimana alumni PERMAKA yang lain kurang merespon karena mereka sendiripun sudah jauh dari ruang lingkup kampus, maklum karna sudah berkeluarga semua.
Banyak kendala pada saat pencarian informasi tersebut, dan banyak temam-teman yang telah lelah dalam pencarian informasi tersebut, tetapi ada satu kalimat yang membuat teman-teman kembali semangat, yaitu kalimat ADI LA KITA ISE NARI ( Kalo Bukan Kita Siapa Lagi ) dan kalimat itulah yang sering disebutkan ketika teman teman sudah mulai jenuh. Dan akhirnya kalimat itupun dijadikan menjadi motto mereka.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun pun berganti tahun, tetapi hasil tetap sama hanya informasi yang ditemukan, tetapi perlengkapan organisasi tidak juga ditemukan, dan mereka pun menyimpulkan suatu keputusan untuk membuat organisasi baru.
Selang beberapa waktu mereka mendapat undangan dari organisasi kedaerahan yang bernama Gerakan Mahasiswa Merga Silima (GMMS). Dan mereka pun menghadiri undangan tersebut, dan pada saat acara tersebut merekapun di sambut hangat oleh GMMS. Dan GMMS pun menawarkan untuk bergabung dengan mereka.
Setelah mendapat penawaran tersebut mereka pun berembuk untuk membuat suatu keputusan antara bergabung atau tidak, dan mereka pun memutuskan tidak ikut bergabung dengan GMMS tersebut disebabkan beberapa faktor, mereka pun memutuskan untuk membuat organisasi baru yang mereka beri nama Ikatan Mahasiswa Karo Institut Teknologi Medan (IMKA-ITM) karena mereka merasa ada suatu ikatan sesama mahasiswa yang bersuku karo yang ada di ITM, dan mereka pun mengadakan musyawarah pertama pada tanggal 19 Januari 2012 dan pada hari itu juga mereka menyusun AD/ART, LAMBANG, BENDERA, BAJU, MOTTO, SERAGAM Dan SEKRETARIATAN.
Setelah semuanya tersusun dengan baik merekapun membentuk kepengurusan pertama untuk IMKA-ITM, dan pada saat itu terpilihlah Nuel (Ketua), Rico (Sekretaris), Bang Boy (Bendahara), Randa (Koord. LITBANG), Andri (Koord. INFOKOM), Nando (HUMAS) dan beberapa anggota yang lain yang tidak disebutkan namanya.
Setelah itu mereka memutuskan untuk mengadakan kegiatan tabur bunga ke tugu GURU PATIMPUS SEMBIRING PELAWI yang berada di pusat kota Medan, keinginan itu timbul karena mengingat GURU PATIMPUS ini adalah yang menemukan kota Medan dan dia adalah orang KARO dan akhirnya menjadi kota besar seperti saat ini, dan meraka pun berpengharapan IMKA-ITM ini juga akan menjadi organisasi yang besar.
Dan setelah semuanya selesai mereka membuka stan pendaftaran untuk pertama kalinya untuk mengajak mahasiswa baru untuk ikut bergabung, dan hasilnya beberapa mahasiswa baru ikut bergabung, dan sewaktu membuka stan pendaftaran mereka pun bertemu dengan salah satu alumni PERMAKA sekaligus mantan Ketua yang bernama Abangnda Elyas Marwan Sembiring, ST. Dan abangnda tersebut mendukung penuh dalam berjalannya IMKA-ITM ini.
Ini sejarah singkat berdirinya IMKA-ITM, jika ada kesalahan pada tulisan ini atau namanya tidak disebutkan bukan unsur kesengajaan. Bujur ras mejuah-juah kita kerina.    
Dan ini beberapa foto pada saat-saat pembentukan sampai pada saat penerimaan anggota baru :
 







          

Jumat, 20 September 2013

Puluhan Mahasiswa IMKA-ITM Turun Kejalanan Demi Membantu Korban Erupsi Gunung Sinabung

TANAH KARO, SUMUT,- Semakin meningkatnya jumlah pengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung tidak membuat kawula muda Karo dari perguruan tinggi  Institut Teknologi Medan (ITM) Jalan Gedung Arca Medan untuk tinggal diam.

Puluhan mahasiswa/i yang tergabung dalam wadah organisasi, Ikatan Mahasiswa Karo Institut Teknologi Medan (IMKA-ITM) dibantu oleh Himpunan Mahasiswa Pemuda Simalungun Institut Teknologi Medan (HIMAPSI-ITM) dan komunitas Brown Jacket turun kejalanan sejak (16/9) hingga (18/9) untuk menggalang dana guna disalurkan secara langsung kepada pengungsi.

“Sebagai anak kami sangat prihatin menyaksikan kondisi orang tua dan saudara-saudara kita yang ditimpa bencana Sinabung. Spontanitas kami langsung turun kejalan, bantuan seadanya sudah kami salurkan di tiga lokasi pengungsian,” ujar Ketua IMKA-ITM, Zakarias Tarigan didampingi, Ketua HIMAPSI-ITM, Roy Sinaga bersama puluhan mahasiswa di Jambur Buah Desa Batu Karang Kecamatan Payung, Rabu (18/9) seusai membagikan berbagai macam sumbangan kebutuhan pengungsi.

Selain membagikan bantuan di tempat pengungsian Desa Tiganderket, para mawasiswa/i lebih dahulu membagi-bagikan bantuan seadanya dilokasi penampungan pengungsi Jambur Buah Desa Batu Karang Kecamatan Payung dan Losd Desa Tongkeh Kecamatan Dolat Rayat.

“Terimakasih kepada, HIMAPSI-ITM dan komunitas Brown Jacket yang turut peduli dan benar benar tulus membantu pergerakan kami turun kejalan,” ujar kordinator lapangan, Andrianto Sembiring dan, Imanuel Gurusinga, ST, Roin Sembiring, ST beserta Eliyas Marwan Sembiring, ST bersama puluhan mahasiswa/i ITM

SEMINAR BUDAYA IKATAN MAHASISWA KARO INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

MEDAN – Ikatan Mahasiswa Karo Institut Teknologi Medan (IMKA-ITM) menggelar seminar kebudayaan bertemakan “Mari kita lestarikan budaya karo, kalau bukan kita siapa lagi“ yang dilaksanakan di Amaliun Convention Hall Medan, Jumat (11/1/2013).
Ketua Panitia Randa Sanjasta Tarigan mengatakan, pelaksanaan seminar bertujuan agar mahasiswa karo secara khusus dan masyarakat karo secara umum dapat mengetahui dan mengerti budaya karo, khususnya dalam ertutur (perkenalan).
Mahasiswa Fakultas Teknik Industri (FTI) jurusan teknik elektro ini berharap, dengan seminar ini agar mahasiswa karo yang ada di Sumatera Utara dapat mengenal budaya karo sesungguhnya dan tidak mengadakan perkawinan yang dilarang dalam adat karo. Karena di kota besar masih banyak yang tidak mengetahui ertutur, sehingga banyak yang mengadakan perkawinan melanggar adat yaitu mengadakan perkawinan dengan turang (saudara semarga).
“Diharapkan mahasiswa karo mengerti akan budaya dan tidak meninggalkan warisan leluhur dari budaya karo. Karena warisan tersebut tidak ternilai harganya dan tidak dapat diperhitungkan dengan uang ,” katanya.
Ketua IMKA-ITM Imanuel Gurusinga menjelaskan, IMKA-ITM terbentuk pada 19 Januari 2012. Sebelumnya tahun 2004 sudah ada terbentuk Permaka (Persadan Mahasiswa Karo) dan selama ini mengalami kekosongan (vacuum) sehingga berdasarkan musyawarah beberapa mahasiswa karo terbentuklah IMKA-ITM yang dilantik 19 Januari 2012.
Imanuel juga mengatakan, pelaksanaan seminar ini berdasarkan karena melihat pemuda karo belum mengerti akan ertutur. Khususnya pemuda karo yang tinggal di perkotaan. Sehingga dengan seminar ini nantinya pemuda karo tersebut mengerti akan ertutur dan tidak mengadakan perkawinan dengan turangnya.
Rektor ITM Prof Dr Ilmi Abdullah yang diwakili Ramayana br Tarigan mengucapkan terimakasih kepada nara sumber karena sudah bersedia memberikan ilmunya kepada IKA-ITM tentang budaya.
Ramayana mengaku bangga, karena IMKA-ITM sudah membuat terobosan baru yang dapat dipuji. “ Saya tetap membina agar mahasiswa karo ITM menjadi pemimpin di masa mendatang ,” katanya.
Ia juga menyampaikan, kehadiran IMKA-ITM sangat didukung ITM serta seluruh dosen ITM, karena kebaikan IMKA-ITM tersebut dalam konteks kebaikan. Diingatkan jangan nantinya kehadiran IMKA-ITM membuat kerenggangan dengan suku lain, tapi IMKA-ITM hadir untuk bisa berbuat bersama-sama dengan yang lain untuk menjunjung dan menjaga nama baik ITM.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Medan yang diwakili Kepala Bidang Kebudayaan Ramlan SE MAP. mengatakan, Kota Medan adalah kota yang terdiri dari multi etnis. Kota Medan pertama kali ditemukan oleh suku karo yaitu Guru Patimpus Sembiring. Dengan demikian membuktikan suku karo sudah lama turut membangun Kota Medan.
Dikatakan, suku karo tersebar di seluruh Kota Medan dan yang paling mendominasi di wilayah Padang Bulan, Simpang Selayang dan Tuntungan yang dapat berbaur dengan berbagai suku bangsa dan mata pencahariannya mendominasi berdagang.